Legislator Minta Insan Perfilman Bersatu Tanggapi DNI

18-02-2016 / KOMISI X

Anggota Komisi X DPR, Krisna Mukti meminta seluruh insan perfilman, yang terdiri dari berbagai stakeholder, agar menyatukan suara dalam menghadapi rencana dibukanya Daftar Negatif Investasi (DNI) untuk perfilman. Krisna menilai, masih ada pro kontra diantara sesama insan perfilman.

 

Hal itu ia sampaikan saat rapat dengar pendapat umum (RDPU) antara Panja Perfilman Komisi X DPR dengan Ketua Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin beserta jajaran di Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Rabu (17/02/2016). Agenda utama rapat ini adalah mendengarkan aspirasi GPBSI terkait UU No 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.

 

“Dari insan perfilman sendiri masih ada perbedaaan pandangan dan sikap, antara yang pro kontra terhadap DNI. Persatuan dan kesatuan diantara stakeholder perfilman ini masih sangat kurang. Apakah ada cara untuk menyatukan di insan perfilman ini dalam menyambut DNI,” kata Krisna seolah bertanya.

 

Politisi F-PKB itu menambahkan, perlu dibuat persatuan dan kesatuan yang membuat satu suara bulat dari insan perfilman terkait DNI. Ia mencontohkan salah satu sineas Indonesia, Mira Lesmana, yang sangat mendukung dibukanya DNI. Mira menilai, keterbukaan film untuk berkompetisi.

 

“Ini perlu ada persatuan dan kesatuan pandangan dari para insan perfilman. Kalau insan perfilman sudah satu suara, ayo kita perjuangkan apa yang perlu dilakukan terhadap DNI ini, apakah menolak, apakah menerima, atau menerima yang bagaimana,” imbuh politisi asal dapil Jawa Barat itu.

 

Sebelumnya, Djonny mengatakan bahwa insan perfilman yang terdiri dari berbagai stakeholder, punya kepentingan dan ego masing-masing sehingga sulit untuk disatukan. Namun ia menegaskan, pihaknya menolak secara tegas dibukanya DNI untuk film.

 

Menurutnya, dengan dibukanya DNI, akan berdampak pada bisnis bioskop dan perfilman nasional secara keseluruhan dari beberapa sisi. Dari sisi kebudayaan, Djonny menilai, masuknya pengusaha bioskop dan distributor asing akan cenderung memasukkan film dan budaya asing ketimbang film dalam negeri. Selain itu, usaha bioskop di daerah bisa hancur akibat masuknya bioskop asing. (sf) foto: azka/parle/hr.

BERITA TERKAIT
Optimalkan Unit Layanan Disabilitas di Bidang Pendidikan
22-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian menegaskan pentingnya optimalisasi fungsi Unit Layanan Disabilitas (ULD) untuk mewujudkan...
Fikri Faqih Dorong Pendidikan Agama Jadi Pilar Integral dalam Revisi UU Sisdiknas
21-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menegaskan pentingnya pendidikan agama sebagai bagian tak terpisahkan dalam...
Revisi UU Hak Cipta Rampung, Royalti Musik Lebih Transparan
21-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi X DPR RI Once Mekel menekankan pentingnya tindak lanjut nyata dari DPR dan pemerintah untuk...
Furtasan: Perlu Redesain Sekolah Rakyat agar Lebih Tepat Sasaran
20-08-2025 / KOMISI X
PARLEMENTARIA, Jakarta — Anggota Komisi X DPR RI menyoroti pelaksanaan program Sekolah Rakyat yang menjadi salah satu prioritas Presiden Prabowo...